Jumat, 24 Oktober 2008

Metruk : menyuarakan pendapat orang orang yang terpinggirkan


Bagi para penikmat dunia pewayangan khususnya wayang kulit, baik gagrak Surakarta maupun Yogyakarta, tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah metruk...Para dalang biasanya "metruk" dalam beberapa sessi dalam satu pertunjukkan. Metruk berasal dari kata Petruk, salah seorang tokoh Punakawan....awalan me merupakan fungsi pengaktifan kata kerja, Metruk berarti me Petruk atau menjadi Petruk... Apa tho maksudnya metruk itu? Kenapa dalang mesti harus memetruk..?

Pertunjukan wayang bagi masyarakat jawa diidealkan dengan idiom tuntunan dalam wadah tontonan..sehingga fungsi dalang disamping berfungsi sebagai artis juga berfungsi sebagai juru suluh, juru dakwah, guru, pendidik, sarana komunikasi sosial, dan pelestari budaya... Dalang berasal dari kata nguDhal piwuLang atau memberikan ajaran...sehingga dalang harus menempatkan diri sebagai tokoh masyarakat yang dapat dijadikan teladan..Jadi kalau di jaman sekarang ada otak demonstrasi, otak kerusuhan disebut dalang sepertinya tidak mengena...karena biasanya "dalang demo" atau "dalang kerusuhan" tidak pernah ada di tempat alias mau cari selamatnya sendiri.. dalang demo anti ruu pornografi, kemungkinan besar juga tidak rela atau tidak mau kalau salah satu anggota keluarganya difoto setengah telanjang apalagi telanjang baik itu dengan alasan "art" atau apa lah istilah2 lainnya...jadi sepertinya terminologi "dalang" harus sudah mulai ditempatkan pada konotasi yang sebenarnya.

Terkait dengan salah satu fungsinya sebagai sarana atau "penjembatan" komunikasi sosial itu, dimana dalang harus dapat semaksimal mungkin menyuarakan pendapat orang banyak atau rakyat jelata di hadapan penontonnya yang nota bene terdapat beberapa tokoh pimpinan masyarakat tanpa harus mengorbankan jalan cerita dari lakon yang dibawakannya serta semangat untuk menghibur dimana dia harus mampu memuaskan semua penontonnya, maka dalang perlu untuk berlaku sebagai Petruk atau Metruk. Petruk digunakan dalang untuk mewakili dirinya bermonolog atau berdialog dengan lebih bebas tanpa harus terikat dengan cerita lakon yang dipentaskan...Guyonan ataupun pembicaraan yang membahas masalah-masalah sosial aktual dapat disampaikan. Dengan postur badan yang santai, tangan, leher, dan hidungnya serta kakinya serba panjang dengan roman muka yang gembira, Petruk tampil lebih berani dan tenang...Telunjuknya yang selalu diacung-acungkannya ke depan merupakan simbol penunjuk kebenaran...Dalam tradisi wayang gagrak (gaya) Yogyakarta pada fragmen yang disebut "alam-alaman", Petruk bisa berbicara dengan logat atau nada suara yang berubah-ubah, dia mampu meniru nada atau logat suara tokoh wayang lainnya...dan dalam konteks sosial, nada atau logat suara Petrukpun bisa saja meniru nada atau logat suara para tokoh atau anggota masyarakat yang ada... Kritikannya yang pedas bisa mengundang tawa dengan gaya dan karakternya yang lucu...Masyarakat senang karena suara atau keluhannya tercapai, para tokoh pemimpin masyarakat tertawa terpingkal-pingkal karena ulah dan perkataan Petruk yang lucu, meski dirasa cukup menohok... Disinilah terjadi sambung rasa...Metruk adalah sarana penyambung rasa itu...

Menyikapi kondisi bangsa ini, sepertinya diperlukan banyak orang-orang untuk mau Metruk...menjadi Petruk seperti dalang tadi. Di saat distorsi komunikasi, degradasi nilai, dan perubahan cara pandang di berbagai elemen masyarakat, perlu ada jembatan atau sarana komunikasi sosial yang terus menerus harus dijaga keberadaannya terlebih dengan multi etnis dan beragamnya corak budaya masyarakat yang ada...maka komunikasi sosial bisa terbentuk tanpa menimbulkan konflik akibat kesalah pahaman... Petruk mampu melakukan itu... Indonesia punya banyak calon Petruk potensial...Sudah saatnya para cendikiawan, budayawan, seniman, bahkan politisi2 serta praktisi2 lainnya untuk me Metruk an dirinya...

Petruk memang hanyalah Punakawan yang selalu dikonotasikan sebagai "abdi" atau pembantu...Padahal kata Punakawan berasal dari kata Pana yang berarti "cerdik" dan kawan yang berarti "teman". Jadi Punakawan adalah teman yang cerdik atau memiliki kecermatan pengamatan, atau dapat dipercaya dan diandalkan. Pandawa bisa tumbuh menjadi ksatria-ksatria yang sempurna akibat adanya Punakawan atau "teman-teman yang bisa diandalkan"..diantaranya Petruk. Indonesia memerlukan banyak Petruk-Petruk.... Masih banyak elemen-elemen masyarakat yang terpinggirkan, dalam artian belum ada kepedulian pada situasi mereka saat ini... Di berbagai pelosok masih banyak orang makan nasi aking...bahkan ada yang busung lapar... Petani-petani masih merugi dalam bertani karena pupuk mahal... Nelayan-nelayan takut berlayar karena beratnya harga bbm untuk mesin kapal mereka.....Anak-anak di beberapa daerah bersekolah di gedung sekolah yang reot, bocor bahkan hampir rubuh.... Para anggota legislatif sepertinya masih dirasa kurang cukup...apalagi sekarang sedang memasuki masa-masa Pilpres...pasti sibuklah mereka mengurusi partai dan calon yang diusungnya...Ratusan juta atau milyar akan terpakai untuk berpesta demokrasi ....Elemen-elemen masyarakat tadi perlu ada yang menyuarakan nasib mereka...masalah mereka tanpa harus berdemo, melakukan aksi kekerasan, membuat Pemerintah jadi pusing sehingga tidak bisa fokus pada masalah..... Petruk mampu menyuarakan pendapat atau amanat orang banyak di satu sisi tanpa harus menyakiti hati seluruh pihak yang terlibat........Siapkah dan mampukah kita untuk Metruk..?

Tidak ada komentar: