Senin, 27 Oktober 2008

Saksruput Tentang Inflasi ....


Sewaktu saya mendapat tugas belajar ke Arnhem, sebuah kota di negeri Belanda, kurang lebih 4 tahun silam... saya terus terang agak terkejut saat membeli 1 ekor ayam potong di sebuah toko swalayan dengan harga 2 euro atau senilai dengan 24.000 rupiah dengan kurs saat itu... Lha saya ingat sekali istri saya membeli ayam potong di bekasi harganya lebih kurang 20.000 rupiah.. Terus terang saya waktu itu sempat terheran-heran, di sebuah negeri yang pendapatan perkapita penduduknya 5 - 8 kali lebih besar dari penduduk di Indonesia, harga seekor ayam potongnya kok hanya berselisih sedikit. Padahal untuk cost berternaknya pasti jauh lebih tinggi di Belanda daripada di Indonesia... Wong saya saja yang nyambi jadi schoonmak alias pelayan pembersih restaurant saja dan notabene pekerja illegal lagi, digaji 8 euro atau setara 90.000 rupiah per jam...bagaimana dengan gaji si pekerja peternakan yang tentunya 3-4 kali lipat dari saya, belum pakannya, pembuatan kandangnya, dan lain-lain yang jelas jauh lebih tinggi dari di Indonesia...Terus terang tidak habis berpikir saya saat itu.

Memang kalau waktu itu ditarik ke belakang sepuluh tahun yang lalu, harga ayam potong di Indonesia mungkin masih di seputaran 8.000 rupiah per ekor, dan saat saya tanyakan kepada teman kuliah saya yang asli orang Belanda, berapa harga ayam 10 tahun yang lalu... dia menjawab harganya ya segitu, 2 euro itu alias 24.000 rupiah.. Karena saya hidup dan besar di sebuah negeri yang harganya selalu berubah naik dari tahun ke tahun, tentunya lumayan tercengang dan sekaligus kagum mendengar bagaimana harga di Belanda begitu stabil.. Saya gak terbayangkan betapa besarnya kenaikan pengeluaran sebagian masyarakat Indonesia tiap tahunnya, jika dilihat dari salah satu contoh kasus ayam potong di atas. Dulu waktu saya masih mahasiswa, kalau saya mau mengganjal isi perut saya di sore hari, biasanya tahu goreng lah jadi incaran favorit saya. Dua puluh tahun yang lalu, saya punya uang 500 rupiah saya bisa dapat 10 buah kadang tambah 1 bonus jadi 11... Sekarang kalau saya punya 500 rupiah saya hanya bisa mendapatkan 1 buah tahu goreng...

Headline di koran-koran saat ini sedang mengangkat topik adanya Inflasi 11% dan Kenaikan Upah dibatasi tidak boleh lebih dari 6%... Kembali rakyatpun mengeluh, nilai riil pendapatan mereka kembali turun.... Saya masih ingat sekali dan seakan menjadi sesuatu yang cukup jelas, bahwa upaya yang paling diminati pemerintah dalam menyikapi inflasi sejak jaman dahulu kala adalah dengan menaikkan gaji/upah, dengan alasan agar pendapatan riil masyarakat dapat dijaga, akan tetapi setelah kenaikan gaji/upah diumumkan, kembali harga-harga kebutuhan masyarakatpun ikut merangkak naik...begitu seterusnya...kenaikan harga dan kenaikan gaji/upah bagaikan bertarung di sirkuit balapan yang saling berlomba=lomba berpacu tanpa ending yang jelas....ujung-ujungnya selalu yang kalah adalah kenaikan gaji/upah...

Terus terang hal tersebut membuat saya jadi ingin mencari tahu, kenapa ya kok bisa ada inflasi...opo ya "sejatining inflasi" itu sebenarnya...yang kalau di negara-negara maju, inflasi bak monster raksasa yang sangat ditakuti, tapi di sini yang sudah terbiasa dengan inflasi dua digit, bagai kafilah berlalu.... Mungkin hampir kita semua tahu kalau inflasi itu disebabkan karena terlalu banyaknya uang yang beredar di masyarakat, inilah mungkin yang membuat dilakukannya tied money policy sering dilakukan dilihat dari tingginya suku bunga dengan rata-rata 15% pada masa lalu ..Hanya saja menurut Keyness, beredarnya uang di masyarakat itu hanyalah merupakan dampak dari hasi proses kelancaran produksi-distribusi-konsumsi dalam suatu proses ekonomi....

Uang otomatis akan bertambah peredarannya di masyarakat apabila harga2 mengalami kenaikan akibat permintaan yang berlebih...Permintaan yang berlebih bisa diakibatkan karena kekurangan kapasitas produksi atau kekurangan dalam jaringan distribusi. Jadi untuk menekan harga agar tidak mengalami kenaikan maka dua sektor itulah yang sepertinya harus diperhatikan yaitu peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan/perbaikan jaringan distribusi... Sewaktu saya tiba pertama kali di Belanda, saya sangat kagum mungkin mendekati gumun (heran), melihat bagaimana di area lahan pertanian gandum selalu berdiri silo2 (granary) yang merupakan lumbung gandum, dan jalan2 raya yang besar dan bagus selalu terhubungkan dengan silo2 itu. Bahkan pada area tertentu tidak dimungkinkan akses jalan, dibangun kanal2 sungai yang menuju ke arah silo2 itu... Dan ini tidak hanya untuk lahan pertanian saja, tapi juga peternakan, dan sektor2 industri lainnya. Saya baru menyadari betapa seriusnya mereka memperhatikan kedua sektor ini..

Pemerintah Belanda tidak pernah menaikkan standar gaji/upah, yang mereka perhatikan adalah cost atau biaya. Apabila ada suatu barang kebutuhan masyarakat yang naik, maka yang dilihat pertama adalah faktor cost nya..Kenapa biayanya naik, yang menyebabkan harga naik...apakah di produksi? atau distribusi..? Kalau produksi, digalakkanlah program untuk menarik investasi di sektor itu, baik berupa pemberian kredit lunak, insentif pajak, dll...kalau distribusi, maka dilakukanlah program-program perbaikan sarana/prasarana jalan, atau bahkan penambahan akses2 transportasi baru lainnya..Perbaikan jalur distribusi membuat para petani2 ataupun peternak dan nelayan atau produsen2 produk2 nasional di belanda bisa memiliki akses langsung ke penjual sehingga mempersingkat rantai distribusi, hargapun menjadi murah. Bahkan dalam 2 kali seminggu, hampir di setiap kota di Belanda, diadakan even yang namanya Open Markt, atau Pasar Terbuka, mungkin kalau di Indonesia istilah Pasar Kaget lebih populer... Disitu para petani, nelayan atau peternak dengan mendirikan kios2 kecil di halaman luas semacam alun-alun kota di depan gereja (kerk), memasarkan hasil2/produknya langsung kepada masyarakat... Kita2 ini para mahasiswa Indonesia biasanya lebih suka belanja di Open Markt, karena harganya lebih murah... Disitu kita bisa melihat para petani/peternak dan nelayan dengan mobil2 caravannya yang terawat dan kios2nya yang berkesan kaki lima tapi rapi tampak bersemangat sekali menjual produk2nya...dan pembelipun juga enjoy dan senang berbelanja disitu..Suatu pemandangan yang menyejukkan. Jadi tidak mengherankan kalau harga2 di belanda saat itu dalam kurun 10 tahun belakangan hampir dibilang tidak ada kenaikan yang signifikan.. Inflasinya sih katanya di 0.2-0.3% pertahun,...kadangkala inflasi 0.3% saja waktu itu sudah cukup membuat pemerintahnya gerah...

Situasi di atas sedikit banyak dapat membantu saya dalam menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak kepala saya saat itu...saya jadi memahami kenapa harga ayam potong, susu, dan telur hampir sama dengan di Indonesia, kenapa harga-harga di sana relatif stabil dalam kurun waktu yang cukup panjang, kenapa harga beras kita, kedelai kita, kalah murah dengan produk2 negara lain yang petaninya berpenghasilan lebih tinggi, pendapat perkapita rakyatnya lebih tinggi, dsb...

Akhirnya di tengah-tengah ramainya gejolak dikotomi inflasi dan kenaikan gaji di tanah air, saya saat ini bermimpi seandainya gaji kita tidak perlu dinaikkan, tapi harga-harga bisa turun, alangkah indahnya hidup di tanah air... Bagaimana beras bisa murah, tapi petaninya juga "sugih", ikan murah, nelayannya pada "makmur", buruh2 kecil, karyawan2 kecil bisa memenuhi standar hidup yang layak karena barang2nya bisa terjangkau dengan gaji/upah mereka...Saya berharap semoga penanganan masalah inflasi ini dapat langsung menyentuh pada akar permasalahannya...memotong atau mengefisienkan rantai produksi & distribusi dengan mengintensifkan pembangunan prarana2 infrastruktur nasional di berbagai pelosok negeri. Sebagai kawoela alit yah hanya bisa berharap...Harga murah, maka rakyatpun tidak akan ribut dan demo untuk menuntut gaji/upahnya dinaikkan. Harga murah yang didapat karena efisiensi ekonomi dari high cost economy menjadi low cost economy.. bukan harga murah karena pengaruh harga dunia ataupun subsidi... Harga turun karena subsidi ataupun pengaruh penurunan harga dunia hanyalah semu dan bersifat sementara...seperti turunnya harga BBM..

Tidak ada komentar: